Ruang – Tashoora

by - August 16, 2020

 


 

Tashoora, beri rasa segar untuk industri musik Indonesia seperti orkestra yang dibuat padat oleh enam orang.

Oleh: FEK.

Sekitar kuartal ketiga tahun 2018, sedang surfing di YouTube untuk mendengarkan lagu FSTVLST  berjudul “Orang-Orang Di Kerumunan”. Munculah di eksplor, sebuah band yang meng-coverlagu tersebut bernama Tashoora. Dengan gambar thumbnail yang menampilkan salah satu personilnya menggunakan biola. Cukup menarik dan mungkin akan sangat berbeda dengan versi aslinya. Benar saja, ketertarikan yang tinggi langsung menuju ke band ini.

Kelompok musik yang terdiri dari enam orang, pemain gitar (Danang & Sasi), drum (Mahesa), bass (Gusti), biola (Danu), akordion (Dita) dan kelima dari mereka menjadi pengisi vokal, ngga ada yang dominan! Mungkin sebuah penyegaran dalam skena musik Indonesia, karena cukup jarang saya melihat atau mendengar band seperti Tashoora.

Baca Juga: Merakit – Yura Yunita

Setelah mendengarkan alunan musik yang mereka bawakan, isi kepala langsung berpikir kalau Yogyakarta sepertinya ngga akan pernah kehabisan barisan musisi berkualitas.

14 Desember 2018, sebuah mini album akhirnya rilis bertajuk Ruang. Album Ruang – Tashoora ini direkam secara live saat mereka menggelar private showcase di sebuah lembaga pendidikan kesenian non-formal Yogyakarta, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja. Tenang aja, walaupun direkam secara live, hasil produksi mereka amat lah baik seperti direkam di sebuah studio rekaman. Bingung untuk menyebutkan genre dari Tashoora, tapi saya menyebut mereka seperti orkestra yang dimainkan oleh enam orang. Padat!

Salah satu cara menikmati musik adalah dengan memejamkan mata. Ketika hal tersebut dilakukan saat mendengarkan lagu-lagu mereka, saya seperti sedang menikmati sebuah orkestra mini di sebuah hall mini atau di sebuah pendopo outdoor yang ditemani semilir angin sore hari.

Setelah mengulik tentang mereka dan mini album yang berisi lima lagu ini, konsep mereka terdengar cukup matang. Sekitar setahun pertama menggodok habis proses pembuatan lagu, mulai dari pembuatan lirik sampai aransemen di studio. Setelahnya, baru mereka tampil di depan khalayak untuk memperkenalkan musik yang mereka bawa.

Kelima lagu mereka berjudul “Tatap,” “Nista,” “Sabda,” “Terang,” dan “Ruang” adalah sebuah representasi situasi sosial yang mereka rasakan di Yogyakarta ataupun di Indonesia. Seperti pada lagu “Sabda” yang merupakan kritis sosial terhadap kebijakan pemerintah daerah Yogyakarta yang terdapat label pribumi dan non-pribumi. Tentu saja lirik yang mereka gunakan adalah diksi-diksi khas musisi. Selain itu, tema lain yang dibawa adalah tentang isu agama yang sering dimanfaatkan oleh penguasa pada lagu “Terang,” kasus penistaan agama sampai isu LGBTQ.


Dilansir dari medcom.id, Gusti menyebutkan “Kami memperlakukan vokal sebagai instrumen. Kebetulan tipe suara kami mengisi ruang yang kosong di antara instrumen.” Saya pikir ini benar! Suara vokal mereka mengisi ruang kosong antara instrumen musik. Jadi musik yang mereka hasilkan terdengar sederhana tapi padat dan kaya! 

Jarang saya dengar, musik seperti yang dilakukan Tashoora atau mungkin pengetahuan musik saya yang masih kurang.

Love Me/Love Me Not – HONNE

Sumber

You May Also Like

0 komentar