Ruang – Tashoora
Tashoora, beri rasa segar untuk industri musik Indonesia seperti
orkestra yang dibuat padat oleh enam orang.
Oleh: FEK.
Sekitar
kuartal ketiga tahun 2018, sedang surfing di
YouTube untuk mendengarkan lagu FSTVLST berjudul “Orang-Orang Di
Kerumunan”. Munculah di eksplor, sebuah band yang meng-coverlagu tersebut
bernama Tashoora. Dengan
gambar thumbnail yang
menampilkan salah satu personilnya menggunakan biola. Cukup menarik dan mungkin
akan sangat berbeda dengan versi aslinya. Benar saja, ketertarikan yang tinggi
langsung menuju ke band ini.
Kelompok musik yang terdiri dari
enam orang, pemain gitar (Danang & Sasi), drum (Mahesa), bass (Gusti),
biola (Danu), akordion (Dita) dan kelima dari mereka menjadi pengisi vokal,
ngga ada yang dominan! Mungkin sebuah penyegaran dalam skena musik Indonesia,
karena cukup jarang saya melihat atau mendengar band seperti Tashoora.
Baca
Juga: Merakit – Yura Yunita
Setelah mendengarkan alunan musik
yang mereka bawakan, isi kepala langsung berpikir kalau Yogyakarta sepertinya
ngga akan pernah kehabisan barisan musisi berkualitas.
14 Desember
2018, sebuah mini album akhirnya rilis bertajuk Ruang. Album Ruang –
Tashoora ini direkam secara live saat
mereka menggelar private
showcase di sebuah lembaga pendidikan kesenian non-formal
Yogyakarta, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja. Tenang aja, walaupun direkam
secara live,
hasil produksi mereka amat lah baik seperti direkam di sebuah studio rekaman.
Bingung untuk menyebutkan genre dari
Tashoora, tapi saya menyebut mereka seperti orkestra yang dimainkan oleh enam
orang. Padat!
Salah satu
cara menikmati musik adalah dengan memejamkan mata. Ketika hal tersebut
dilakukan saat mendengarkan lagu-lagu mereka, saya seperti sedang menikmati
sebuah orkestra mini di sebuah hall mini atau di sebuah pendopo outdoor yang ditemani
semilir angin sore hari.
Setelah mengulik tentang mereka dan
mini album yang berisi lima lagu ini, konsep mereka terdengar cukup matang.
Sekitar setahun pertama menggodok habis proses pembuatan lagu, mulai dari
pembuatan lirik sampai aransemen di studio. Setelahnya, baru mereka tampil di
depan khalayak untuk memperkenalkan musik yang mereka bawa.
Kelima lagu mereka berjudul “Tatap,” “Nista,” “Sabda,” “Terang,” dan “Ruang” adalah sebuah representasi situasi sosial yang mereka rasakan di Yogyakarta ataupun di Indonesia. Seperti pada lagu “Sabda” yang merupakan kritis sosial terhadap kebijakan pemerintah daerah Yogyakarta yang terdapat label pribumi dan non-pribumi. Tentu saja lirik yang mereka gunakan adalah diksi-diksi khas musisi. Selain itu, tema lain yang dibawa adalah tentang isu agama yang sering dimanfaatkan oleh penguasa pada lagu “Terang,” kasus penistaan agama sampai isu LGBTQ.
Dilansir dari medcom.id, Gusti
menyebutkan “Kami memperlakukan vokal sebagai instrumen. Kebetulan tipe suara
kami mengisi ruang yang kosong di antara instrumen.” Saya pikir ini benar!
Suara vokal mereka mengisi ruang kosong antara instrumen musik. Jadi musik yang
mereka hasilkan terdengar sederhana tapi padat dan kaya!
Jarang saya
dengar, musik seperti yang dilakukan Tashoora atau mungkin pengetahuan musik
saya yang masih kurang.
0 komentar