Wawancara Khusus : Dengan Nadiem Makarim Eks CEO Gojek Menteri Dikbud Dikti
Wartawan Tribun
Network Reza Deni Saputra sempat mewawancarai Nadiem Makarim secara singkat
setelah acara pisah-sambut di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,
Rabu (23/10/2019).
Berikut ini petikan
wawancara dengan Gojek tersebut.
Sebagai menteri
pendidikan dan kebudayaan, apa tantangan yang Anda dan kementerian ini hadapi
ke depannya?
Tantangan ke depan itu
terutama skalanya. Kita punya sistem pendidikan terbesar keempat di dunia. Tiga
ratus ribu sekolah itu luar biasa. Jumlah muridnya, jumlah gurunya, jumlah
pemerintah daerahnya dan semuanya tersebar di archipelago terbesar
kedua di dunia, yaitu Kepulauan Indonesia. Jadi, challenge utamanya
adalah skala.
Tadi Anda bilang rencana 100 hari kerja Anda mau belajar lebih dulu. Kira-kira berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk belajar?
Cepat. Saya pasti
cepat belajarnya.
Anda besar di dunia
bisnis digital, kemudian ke pendidikan sebagai menteri. Apakah hal yang Anda
geluti dulu akan dibawa dan dimanfaatkan?
Sudah pasti peran
teknologi akan ada di situ, tetapi dalam bentuk apa, kita belum pasti. Hal yang
terpenting adalah kita mulai bukan dengan aksi, tapi belajar terlebih dulu
dengan semua stakeholder yang ada.
Bukan berarti ini
memakan waktu lama, tapi step pertama adalah jangan selalu memberikan
solusi terlebih dulu. Pertama harus seperti murid yang baik.
Belajar lebih dulu,
mengetahui seperti apa kondisi lapangan, kondisi guru, kondisi murid serta
kondisi birokrasi dan administrasi.
Dari situ baru kita
menemukan solusi-solusi, baik teknologi maupun nonteknologi, yang bisa
meningkatkan kualitas pendidikan kita.
Dalam jajak pendapat
dengan DPR ada nilai serap di Kemendikbud yang kurang maksimal. Kira-kira
bagaimana ke depannya?
Kalau soal itu saya
belum bisa mengomentari karena belum saya dalami lebih lanjut, tapi tentunya
optimalisasi bujet APBN itu penting sekali.
Kita harus memastikan
semua rupiah yang kita keluarkan untuk negara ada benefit-nya, terutama di
pendidikan.
Soal kebudayaan, apakah Anda sudah punya rencana terobosan?
Saya belum bisa bilang
terobosannya seperti apa, tapi yang jelas berhubung saya milenial
dan background-nya teknologi, sudah pasti ada perubahan ke arah sana. Saya belum
bisa mention apa rencana yang saya lakukan. Hal yang sudah jelas
adalah kita ingin fokus kepada manusia yang keluar dari sistem pendidikan ini
seperti apa. Satu, harus
berkarakter, merupakan suatu sistem pendidikan berdasarkan kompetensi, bukan
informasi saja. Kedua, harus relevansi.
Presiden selalu
bilang link and match antara industri dan institusi
pendidikan. Skill-skill tersebut yang kita pelajari harus relevan. Tentunya prinsip
utamanya yaitu gotong-royong dan kolaborasi. Kita tidak bisa melakukan ini
sendirian, harus ada gotong-royong. Pusat dan daerah, orangtua,
guru, murid, semua harus gotong-royong menciptakan institusi dan kualitas
pendidikan yang lebih baik.


0 komentar